YOGYAKARTA - Bertempat di aula masjid Syuhada Kota Baru Yogyakarata, Minggu (17/10/2010) pukul 09.15-12.00 WIB, PKPU D.I Yogyakarta meluncurkan program beasiswa “Excellent Scholarship” 2010.
Acara tersebut dihadiri oleh 58 orang yang terdiri dari anak asuh peserta program, orang tua/wali, donatur, pendamping/fasilitator, jajaran PKPU D.I Yogyakarta dan tamu undangan lainnya. Acara dibuka dengan pembacaan Alquran oleh penerima program beasiswa, dilanjutkan sambutan dari Kepala Cabang PKPU Yogyakrta Suripta.
Dala sambutannya, Suripta berharap agar program beasiswa yang diberikan kepada anak-anak yang kurang mampu namun berprestasi di sekolahnya ini mampu memberikan stimulan bagi mereka hingga dapat membantu mereka dalam meraih impian dan cita-citanya.
Tak hanya Suripta yang menginginkan penerima beasiswa dalam meraih impian dan cita-citanya. Hal itu juga dirasakan perwakilan donatur beasiswa excellent Scholarship 2010, M. Agung Nugroho.
Dalam sambutannya, Agung menyampaikan akan pentingnya mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan yang semakin banyak tantangan, baik mempersiapkan diri dengan bekal ilmu dan mental spiritual.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada PKPU yang telah berusaha untuk membuat program beasiswa dengan baik dengan menggunakan dana dari para aghniya atau yang mampu kepada para dhuafa kurang mampu. Harapannya kepada para penerima program beasisiwa ini agar memanfaatkan dengan sebaik-baiknya bantuan yang diberikan melalui PKPU Yogyakarta ini,” kata Agung Nugroho kepada penerima beasiswa.
Selanjutnya para peserta diberikan pelatihan motivasi dengan metode AMT (Achiefment Motivation Training) oleh trainer Kak Dinda Dennis “Dinamis”. Tujuannya adalah dalam rangka memberikan motivasi dan semangat bagi para peserta program agar mereka lebih mudah mengikuti program dan mendapatkan prestasi yang lebih baik setelah mengikuti program ini.
Selanjutnya penjelasan program disampaikan oleh Kak Juwartini selaku penanggung jawab program pendidikan PKPU Yogyakarta. Program beasiswa yang satu ini memang beda, pesertanya harus melalui seleksi yang ketat, mulai seleksi administratif berupa pengisian formulir dan kelengkapan administrasi yang terdiri dari 8 (delapan) items.
Setelah lulus seleksi admistrasi calon peserta diwajibkan mengikuti seleksi tahap kedua berupa test akademis yang cukup ketat. Yang lolos dari seleksi tahap kedua (akademis) calon peserta kemudian diverifikasi secara faktual dengan mendatangi langsung ke rumah-rumah juga dijalankan untuk mengantisipasi salah sasaran dalam program ini.
Juwartini juga memaparkan bahwa tujuan program ini adalah pertama, membangkitkan motivasi untuk terus meraih prestasi bagi anak asuh. Kedua, penyaringan bibit unggul. Ketiga, meringankan beban kaum dhuafa dalam meningkatkan pendidikannya. Keempat, mengaplikasikan konsep education for all bagi anak-anak yang kurang mampu
Kelima, membantu pemerintah dalam usaha wajib belajar 9 tahun. Keenam, memberikan pembinaan yang maksimal kepada penerima beasiswa. Ketujuh, meningkatkan motivasi belajar anak. Kedelapan, ikut terlibat secara aktif dalam usaha kepedulian terhadap dunia pendidikan yang lebih baik serta kesembilan, mengembangkan potensi, bakat serta kreatifitas anak asuh.
Adapun sasaran program adalah siswa SMA/sederajat dari keluarga kurang mampu yang mempunyai prestasi baik akademik maupun non akademik dan para sisiwa penyandang cacat atau difabel.
“Selama setahun kedepan para peserta akan diberikan berbagai bentuk kegiatan seperti pendampingan/mentoring rutin, santunan biaya pendidikan, outbound training, pealtihan kewirausahaa/einterpreneurship, pelatihan motivasi, pelatihan lifeskills dan sebagainya,” papar Juwartini.
Salah seorang peserta program ini tahun sebelumnya, Roma Widiyansari, dari SMA I Bantul. Prestasi Roma Widiyansari cukup gemilang, dia pernah menjadi juara lomba nulis remaja Se-DIY-Jateng.
Kini, Roma Widiyansari telah diterima sebagai mahasiswa UGM pada Fakultas MIPA jurusan Kimia melalui jalur PBUD (Pemilihan Bibit Unggul Daerah). Roma Widiyansari, 18 tahun, merupakan putra ke dua dari pasangan Poyono dan Jumanah yang tinggal di Jigudan Tri Harjo, Pandak, Bantul.
Ayahnya yang kini mulai sakit-sakitan bekerja sebagai buruh tidak tetap dengan penghasilan sekitar Rp 600 ribu per bulan. Namun, dengan keterbatasan ekonomi, ternyata tidak menghambat Roma Widiyansari untuk tetap berprestasi. Semoga, apa yang sudah dicapai Roma Widiyansari menjadi inspirasi bagi beasiswa PKPU lainnya. (Muthori/PKPU/Yogyakarta)