BOYOLALI - PKPU Kantor Cabang Pembantu (KCP) Boyolali, Jumat lalu (21/1/2011) distribusikan bantuan kepada 130 KK di 3 dukuh terpencil di Kecamatan Musuk Boyolali. Bantuan tersebut disalurkan kepada 39 KK warga dukuh Sonngobumi, 48 KK warga dukuh Nggumuk dan 43 KK warga dukuh Montong. Total bantuan yang diberikan senilai Rp 5,5 juta berupa sembako dan beberapa kebutuhan sehari-hari.
Ketiga dukuh tersebut menjadi sasaran bantuan PKPU karena termasuk wilayah yang paling ujung di kecamatan Musuk Boyolali. Jaraknya hanya 3 Km dari puncak Merapi. Selain itu, untuk menuju lokasi 3 dukuh ini akses jalan yang harus dilalui juga cukup berat. Tim Kemanusiaan PKPU yang membawa 1 minibus dan 1 bak terbuka pengangkut barang bantuan, harus ekstra hati-hati melewati jalan licin berlumut dengan sisi jalan berupa jurang. Distrtibusi bantuan itu semakin sulit manakala hujan dan kabut tebal turun.
Dukuh Songgobumi adalah wilayah paling atas dari ke tiga dukuh tersebut. Untuk mencapai lokasi dukuh Songgobumi harus melwati wilayah dukuh Montong. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah saat melintasi jembatan penghubung kedua dukuh. Jembatan satu-satunya menuju dukuh Songgobumi telah hancur diterjang banjir lahar dingin 10 hari lalu. Jembatan yang ada saat ini adalah jembatan darurat yang dibangun warga dengan bambu.
Konstrtuksi jembatan bambu itu sendiri sebenarnya cukup mengkhawatirkan. Jembatan sepanjang 12 meter itu hanya disusun dari dua lanjar bambu yang diikat saling menyilang di dua tepi jurang. Sedangkan untuk menyangga bagian tengah jembatan, warga menyangga dengan dua lanjar bambu yang dipancang hingga ke dasar jurang sedalam 10 meter.
Ruas jembatan itu sendiri dibuat dari balok papan dan anyaman bambu selebar badan mobil. Karena cukup menakutkan saat melaluinya baik dengan kendaraan roda 2 dan mobil, warga setempat menyebutnya dengan jembatan sirotolmustaqim.
Selain medan yang berat dan terpencil, wilayah dukuh Songgobumi juga meninggalkan cerita miris. Dari penuturan beberapa tokoh masyarakat disana, sebagian besar warga disana masih dililit buta aksara. Sedangkan mata pencaharian utama mereka adalah pertanian dengan komoditas sayuran. Sejak erupsi merapi akhir Oktober silam, usaha mereka merugi dan nyaris tak menghasilkan apa-apa. Sementara mereka juga harus merelakan kehilangan modal.
Soal kebersihan dan sanitasi, warga dukuh Songgobumi ini juga masih lebih tertinggal. Hampir semua rumah disana belum mempunyai sarana MCk yang memadai. Untuk memenuhi hajat seperti buang air kecil dan buang air besar, mereka biasa mencari tempat terlindung diantara semak dan pepohonan di pekarangan atau kebun mereka.
Hal itu dialami relawan PKPU saat menanyakan kepada salah satu warga dimana kamar mandi. ”Waah, yo sak-sake mas. Biasane kulo nggolek wit gedhang (terserah aja mas, biasanya saya cari lokasi sekitar pohon pisang),” jawab warga sembari tertawa kecil.
Warga masyarakat di dukuh tersebut berharap bantuan berupa perbaikan sarana dan akses jalan yang menghubungkan tiga dukuh tersebut. Bantuan lain yang dibutuhkan adalah perhatian pemerintah daerah akan pendidikan mereka. Jarak SD dari kampung mereka sekitar 4 Km, SMP sekitar 6 Km dan belum ada Taman kanak-kanak atau TPQ.
Selain itu juga mereka meminta bantuan berupa modal usaha, agar tidak terlalu bergantung pada sektor pertanian. Karena selama ini saja untuk kehidupan sehari-hari mereka masih mendapatkan bantuan hidup Rp 5000 per hari. (PKPU/Fatih Aziez/Boyolali)