BUKITTINGGI - Menindak lanjuti kisah hidup keluarga Nasril, ayah dari Mawaddah anak penderita Tumor Hemangioma. Setelah diberitakan lewat website dan jejaring sosial mendapat respon positif dari masyarakat yang peduli akan nasib Mawaddah.
Bukti serta wujud kepedulian dari PKPU Bukittinggi akan penderitaan masyarakat, maka cara kepedulian itu pulalah tim PKPU meluncur ke Pasaman Barat untuk mengetahui lebih lanjut kisah hidup keluarga yang bersahaja itu.
Kegiatan ini selain menyampaikan aspirasi dari masyarakat Medan berupa santunan, juga sebagai mengikat hubungan silaturrahim, antara PKPU dengan masyarakat yang kurang mampu. Tangis tertahan Nasril dan tetangga karena ada juga masyarakat jauh yang peduli akan nasib saudaranya yang sedang dalam kesusahan, ungkap masyarakat setempat.
Mengingat penderitaan yang telah lama dirasakan keluarga Nasril tentang sakitnya Mawaddah yang telah lama bertahan ditubuh mungilnya itu. Semakin hari makin membesar di bagian tangan sebelah kiri, adanya tambahan gejala di bahu kiri, dada kiri, punggung kiri, lengan sebelah kiri, siku, lengan bawah dan tangan sebelah kiri. Tangisan itu terjadi saat percakapan antara Kepala Cabang PKPU Bukittinggi Tomi Abdullah dengan keluarga Nasril berlangsung.
Asrina, 18 tahun, anak pertama dari Pak Nasril dan Bu Evi, baru merasakan sekolah SMA kelas 1, berakhir sudah saat dana tidak lagi berpihak padanya. Mengingat biaya setiap hari yang harus keluar sebanyak Rp 16.000 untuk biaya operasional sekolah, jangankan untuk ongkos, untuk makan saja kekurangan.
Tidak hanya sampai disini, Pak Nasril beserta istri bertahan hidup dari pemberian dan bantuan masyarakat setempat. Selain adanya pekerjaan yang dilakukan sang istri, jika pak Nasril dipanggil untuk membantu ke kebun atau motong rumput, maka akan dapat uang
Uang yang didapat jika dikumpulkan setiap panggilan kerja bisa mencapai Rp. 30.000 dalam seminggu. Namun terkadang dalam sehari uang yang harus ia bawa pulang hanya Rp 10.000, bahkan jika tidak ada yang memakai tenaganya maka tidak akan dapat penghasilan. Tak heran keluarga Nasril dan Evi sering menahan lapar.
Hari Minggu (16/1/2011) Kepala Cabang PKPU Bukittinggi Tomi Abdullah, Arif Fadhilla Kepala Bidang Pendayagunaan dan Nova staf Pendayagunaan dan Media, berangkat dari Bukittinggi pukul 08.00 WIB menuju Pasaman Barat dan tiba di lokasi pukul 15.55 WIB.
Kedatangan PKPU disambut hangat warga setempat. Setibanya tim PKPU di rumah Nasril (51), di Jl Jorong Rabi Jonggor Kecamatan Gunung Tuleh Pasaman Barat, nafasnya dalam keadaan sesak, bercampur haru, terasa sekali kebahagiaan yang dirasakan Mawaddah.
Pemberitaan yang di media masa dan elektronik, sakit yang dialami oleh Nasril hanya sakit asma saja. Namun, setelah ditindak lanjuti lebih dalam, ternyata Nasril mengalami kebocoran pada paru-parunya yang telah dialami selama 11 tahun belakangan ini.
Rumah berukuran 6x4 meter persegi yang ditempatinya, tadinya adalah rumahnya sendiri, namun kini telah dijual kepada family dekatnya. Nasril kini hidup seadanya dengan 5 orang anak. Dirinya merasa malu telah menjadi beban masyarakat selama bertahun-tahun, setiap harinya untuk makan sehari-hari saja di tanggung oleh tetangganya.
Kedatangan PKPU merupakan kebahagiaan tersendiri dari keluarga besar Nasril, walaupun tidak ada yang akan disuguhkan, maka dari pihak tetanggalah yang menyediakan tiga gelas teh panas. Rumah yang didatangi tetangganya membuat suasana semakin sendu. Air mata tak henti mengalir di pipi tuanya Nasril, tiap ada yang datang kerumahnya ikut larut menanggapi kesedihan yang dialami keluarga Nasril selama bertahun-tahun.
Banyak usaha yang telah dilakukan Nasril dan keluarga untuk bertahan hidup terutama berusaha mencari dana kesana kemari demi kesehatan anak ke empatnya. Dengan nafas tersenggal-senggal, langkah yang tak lurus lagi, Nasril masih bertahan sampai hari ini mencari bantuan dari kantor kekantor, LSM, dan terakhir di PKPU. Usaha yang dilakukan Nasril berbuah manis, dengan hadirnya bantuan dari masyarakat Medan melalui PKPU Bukittinggi.
Ternyata Mawaddah tidak bisa dirujuk ke RSUP DR. M. Djamil. Rekomendasi dari pihak RS Pasaman Barat yang juga telah mendapat rekomendasi dari pihak pemerintah setempat, bahkan Wakil Bupati Pasaman Barat langsung turun tangan membantu keluarga Nasril merekomendasikan juga ke RSUP DR. M. Djamil.
Setibanya Nasril RSUP DR. M. Djamil Padang setelah Mawaddah diperiksa dokter Raflis juga merekomendasikan perawatan Mawaddah ke RSCM Jakarta untuk ditindak lanjuti cepat oleh dokter spesialis Bedah Vaskule. Biaya untuk sekali cek up menghabiskan dana sebesar Rp 2.500.000, sedangkan sakitnya Mawaddah harus di cek sebanyak 3 kali, langkah awal perawatan menuju operasi.
Mengingat banyaknya biaya yang harus dikeluarkan keluarga Nasril selama perawatan sampai operasi jika Mawaddah harus di rujuk ke RSCM Jakarta. “Melalui tulisan ini, PKPU menghimbau dan mengajak kepada para dermawan untuk bisa membantu meringankan beban keluarga Pak Nasril, menimbang bahwa masa depan Mawaddah masih sangat panjang sekali,” kata Tomi Abdullah.
Sebesar apapun bantuan yang diberikan, kata Tomi, hal itu sangat besar manfaatnya bagi keluarga Nasril. “Pak Nasril berharap agar anaknya bisa beraktifitas seperti biasa, tidak akan merasakan sakit lagi setiap bangun tidur, tidak sakit lagi jika tangannya itu terkena oleh bajunya sendiri,” pungkas Tomi Abdullah.
Bagi dermawan, donatur serta masyarakat yang terketuk hati dengan penderitaan keluarga Pak Nasril dapat menghubungi PKPU Bukittinggi Jl Syekh Arrasuli (belakang stasiun) No. 76, Bukittinggi, Telp. (0752) 23450, Nova (081374334107). Transfer rekening melalui: Bank Syariah Mandiri No. 0630033337, Bank Muamalat No. 4220077022. (PKPU/Nova/Bukittinggi)