GUNUNGKIDUL - Kondisi fisik tidak membuat semangat Ngatimin/Sukoriyanto (60) untuk terus berkarya bergelut dengan gergaji, pahat, ampelas dan kayu untuk menghasilkan sebuah lemari, ranjang, atau kursi yang berkualitas.
Dengan sentuhan tangannya Ngatimin berkarya dengan ketulusan hanya untuk mengharap keberkahan dari Allah SWT. Sementara itu istrinya, Kariyem (45), membantu suaminya mencari nafkah dengan berjualan makanan dan minuman di depan SMP Negeri 1 Semin, Gunungkidul.
Itulah sekilas aktivitas harian keluarga Ngatimin/Sukoriyanto di RT 04, RW 02, Pundungsari, Semin, Gunungkidul, DI Yogyakarta. Ngatimin, ayah dari Jujru Winarno (27) dan Iswinarni (18) ini setiap hari bekerja sebagai pembuat mebel.
Kekurangan fisik, cacat pada kakinya, tidak pernah menghalangi dirinya untuk melaksanakan aktivitas seperti orang lain yang bisa berjalan dengan normal. Setiap pagi, setelah beribadah, Ngatimin selalu memberikan pakan kambing gaduhannya (memelihara kambing orang lain), setelah itu menyelesaikan pekerjaannya membuat mebel seperti lemari, kursi dan tempat tidur.
Sementara itu, Kariyem, istrinya mempersiapkan bahan dagangan seperti gorengan, es, dan makanan ringan untuk dijual di depan SMP Negeri 1 Semin dengan gerobak sederhananya. Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 250 meter tak menghalangi kegigihan Kariyem untuk mengais rejeki. Dibantu anaknya, Jujur Winarno, gerobak mulai bergerak dari rumah sekitar jam 09.00 WIB. Biasanya setelah istirahat pertama, Kariyem, jika gorengannya habis maka ia kembali ke rumah untuk membuat gorengan kembali.
Meskipun hidup dengan kesederhanaan, Ngatimin dan Kariyem beserta dua anaknya masih bisa berbagi dengan orang lain. Dengan keterbatasan fisik, rumah hanya beralas tanah, berdinding anyaman bambu, keluarga Ngatimin masih mampu membiayai seorang anak angkat untuk sekolah disamping membiayai sekolah Iswinarni di SMK Muhammadiyah Semin.
Anggi Prakoso (12), siswa kelas 1 SMP Negeri 1 Semin ini adalah anak angkat keluarga Ngatimin. Anak yang diterlantarkan oleh orangtuanya dirawat dengan penuh kasih oleh Kariyem untuk dididik menjadi anak yang soleh. Dan harapan itu dibuktikan oleh Anggi dengan prestasi di sekolahnya yang selalu masuk peringkat tiga besar.
Semangat Kariyem dan Ngatimin dalam menjalankan kehidupan ini dilandasi rasa ikhlas dan sabar. “manuk wae iso golek pangan dhewe, la kok uwong ra iso golek pangan (burung saja bisa mencari makan sendiri, la kok orang tidak bisa mencari makan),” ungkap Kariyem saat ditanya apa yang mendasarinya tetap semangat untuk berkarya meskipun kondisi keluarganya sederhana.
Cuplikan kehidupan Ngatimin diatas adalah salah satu cerita dalam program TEKAD yang disiarkan oleh JogjaTV bekerjasama dengan Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU Yogyakarta pada hari Jumat (21/1/2011) pukul 19.30 WIB.
Program ini merupakan program yang menggambarkan betapa semangat atau tekad yang kuat dari seseorang dengan segala keterbatasan mampu memberi manfaat bagi keluarga atau masyarakat sekitarnya. Selain itu, program ini diharapkan menginspirasi banyak orang untuk tidak putus asa dalam menghadapi masalah. (PKPU/SIS/Yogyakarta)