PADANG - Fasilitator memegang peranan penting dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat terutama dalam menyampaikan pesan dan memberikan edukasi bagi peningkatan kualitas kehidupan komunitas.
Peran tersebut juga dirasakan dalam pelaksanaan Program Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) yang berupaya untuk mewujudkan masyarakat yang lebih aman dan memiliki budaya keselamatan. Demikian diungkapkan Manajer CBDRM PKPU Muhammad Yasin, pada Lokakarya Pelatihan (Lokalatih) pilot project 3 SCDRR (Safer Communities Disaster Risk Reduction) di Kota Padang, Selasa (19/10/2010).
Pelaksanaan Lokalatih ini merupakan rangkaian kegiatan yang akan dijalankan selama satu tahun dari implementasi pilot project 2 SCDRR di Nagari Batu Bajanjang, Kabupaten Solok yang didanai oleh UNDP (United Nations Development Program).
Kegiatan Lokalatih yang dirangkai dengan Pelatihan Tenaga Relawan bertujuan untuk memberikan pembekalan materi dasar PRBBK bagi pelaksana pilot project dan tenaga relawan yang akan mengimplementasikan SCDRR di Kota Bengkulu, sebagaimana disampaikan oleh Faridansyah, Kepala Cabang PKPU Padang pada Pengantar Kegiatan Lokalatih.
Diharapkan setelah mengikuti Lokalatih ini peserta memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mendesain proses fasilitasi komunitas dengan berbagai teknik dan instrument yang tepat serta mampu mengimplementasikan konsep SCDRR di komunitas.
Kegiatan yang berlangsung selama empat hari ini diikuti sebanyak 15 orang yang terdiri dari enumerator, pendamping komunitas, tenaga relawan yang ke depan akan berfungsi sebagai fasilitator teknis dalam pelaksanaan pilot project SCDRR di Nagari Batu Bajanjang, Kabupaten Solok.
Peserta mendapatkan berbagai materi dan juga secara bersama merumuskan instrumen yang akan digunakan dalam melakukan pendampingan komunitas di lokasi pilot project yang secara geografis memiliki kerentanan bencana letusan gunung api Talang.
Salah satu tahapan penting sebelum mulai melakukan inisiasi pilot project SCDRR adalah mengenali kondisi sosial masyarakat melalui social mapping, sebagaimana disampaikan oleh Realino Nurza, Project Officer SCDRR Sumatera Barat PKPU.
Melalui peta sosial dengan teknik Participatory Rural Appraisal (PRA) dapat digambarkan sejarah dan perkembangan masyarakat serta analisis mengenai status masyarakat saat ini, masalah yang dihadapi, potensi konflik, struktur sosial ekonomi, dan kelembagaan di komunitas, tandas Realino.
Kegiatan ini berlangsung secara interaktif ditandai terutama dalam simulasi yang diadakan diantaranya menyusun peta sosial, matriks hazard, vulnerability, capacity analysis (HVCA), role model play, Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), Rencana Aksi Komunitas, dan Rencana Kontingensi.
Salah seorang peserta, Muhammad Zaki, mengungkapkan bahwa materi yang diperolehnya memberikan pemahaman utuh untuk nantinya diaplikasikan bagi pendampingan komunitas dalam mewujudkan komunitas yang aman dari resiko bencana.
Kedepannya, PKPU sebagai pelaksana pilot project SCDRR di Nagari Batu Bajanjang, Kabupaten Solok akan memulai tahapan pengurangan resiko bencana (PRB) di wilayah Kelurahan Lempuing dan Penurunan.
Diharapkan pada akhir periode program, masyarakat mampu mengintegrasikan dan mengaplikasi perangkat pengurangan resiko bencana serta terbentuk forum multistakeholder PRB. (Akbar/PKPU/Padang)
PRAKIRAAN CUACA |
Kota-kota Dunia | Kota-kota Indonesia |
20 Oktober 2010
Lokakarya Pelatihan Program SCDRR Sumatera Barat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar