YOGYAKARTA - Meski dulu pada tahun 1970-an Kampung Badran dikenal sebagai 'kampung hitam' yang menjadi tempat para 'gali' atau preman yang identik dengan kejahatan, tapi kini keberadaannya menunjukkan situasi dan kondisi yang sama sekali berbeda.
Pemandangan tersebut akan dijumpai ketika kita memasuki gapura RW XI menuju Rumah Srikandi yang berada di Kampung Badran, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis Yogyakarta. Kampung ini terletak di sisi barat Jl. Tentara Rakyat Mataram.
Memasuki kampung berpenduduk sekitar 1.211 jiwa tersebut, kita akan menjumpai Rumah Srikandi yang oleh warga setempat dijadikan sebagai pusat komunitas dan kegiatan kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi.
Wakil Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti menyatakan, melalui Rumah Srikandi, warga Badran yang dulunya dikenal sebagai kampung preman, berubah menjadi kampung yang produktif, aktif, dan berkesan positif dengan memaksimalkan potensi yang ada di masyarakat.
"Selain kembali mengaktifkan program posyandu, dengan Rumah Srikandi, warga mampu menjalankan layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang sangat berguna bagi anak dan ibu," ujarnya saat berkujung ke Rumah Srikandi Badran Yogyakarta, Rabu (25/8).
Tak hanya itu, Haryadi menambahkan, saat ini warga Badran juga mampu mengembangkan ketrampilan khususnya kaum ibu-ibu sehingga mampu meningkatkan perekonomian. Melalui program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS), ibu-ibu mampu menghasilkan produk kerajinan dan makanan olahan yang bisa menghasilkan uang.
"Rumah Srikandi mampu memberikan kontribusi nyata dalam memberikan empowering khususnya bagi ibu-ibu dalam menghasilkan karya yang berguna bagi warga Badran," terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua RW XI Kampung Badran Joko Sularno mengatakan bahwa masalah yang masih terjadi di Badran saat ini adalah tingginya angka penikahan dini, masih banyaknya penduduk yang berada di bawah aris kemiskinan, serta tingkat pendidikan dan kesehatan warga yang masih cenderung rendah.
Joko berharap agar program Rumah Srikandi dapat berguna bagi warga Badran khususnya dalam hal pendidikan, kesehatan, dan perekonomian. "Semoga kemandirian dan perbaikan kualitas warga Badran dapat segera tercapai melalui program Rumah Srikandi," tuturnya.
Sementara itu, Corporate Affair Director Sari Husada menjelaskan bahwa Rumah Srikandi adalah salah satu bentuk komitmen Sari Husada yang peduli dengan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, terutama masalah gizi buruk, dengan memperbaiki kualitas kesehatan ibu hamil dan balita.
Rumah Srikandi pertama kali didirikan pada bulan Desember 2009 lalu. Selama 8 bulan sejak berjalan, Rumah Srikandi mampu menciptkan kader-kader PAUD yang pada awalnya hanya tediri dari satu orang hingga kini menjadi 16 orang. Pelaksanaan PAUD yang saat ini diikuti oleh sekitar 60 anak pun turut meningkat dari seminggu sekali menjadi semingu tiga kali.
Dalam bidang kesehatan, kegiatan posyandu juga dilaksanakan secara teratur dalam program Sadar Gizi dan Balita (SAGITA). Kegiatan penimbangan balita dan edukasi tentang dan nutrisi dan gizi tersebut dilakukan secara rutin setiap sebulan sekali.
Sedangkan dalam bidang ekonomi, ibu-ibu warga Badran diberikan ketrampilan memproduksi sejumlah barang kerajinan seperti tas dan produk makanan olahan seperti telur asin hingga kue-kue kering. Selain itu, ketrampilan warga juga kembali dikembangkan dengan merevitalisasi kegiatan membatik yang mampu meningkatkan perekonomian sekaligus melestarikan budaya lokal. (Joko Widiyarso)
Sumber: GudegNet, Rabu, 25 Agustus 2010
PRAKIRAAN CUACA |
Kota-kota Dunia | Kota-kota Indonesia |
18 Oktober 2010
Rumah Srikandi Angkat Taraf Hidup Warga Badran
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar