BENGKULU - Fasilitator memegang peran penting dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat terutama dalam menyampaikan pesan dan memberikan edukasi bagi peningkatan kualitas kehidupan komunitas.
Peran tersebut juga dirasakan dalam pelaksanaan Program Pengurangan Resiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) yang berupaya untuk mewujudkan masyarakat yang lebih aman dan memiliki budaya keselamatan.
Demikian diungkapkan Manajer CBDRM PKPU, Ir. Muhammad Yasin, pada Lokakarya Pelatihan (Lokalatih) pilot project 3 SCDRR di Kota Bengkulu, Jumat (13/8/2010). Pelaksanaan Lokalatih ini merupakan rangkaian kegiatan yang akan dijalankan selama satu tahun dari implementasi pilot project 3 SCDRR di Kota Bengkulu yang didanai oleh UNDP.
“Kegiatan Lokalatih yang dirangkai dengan Pelatihan Tenaga Relawan bertujuan untuk memberikan pembekalan materi dasar PRBBK bagi pelaksana pilot project dan tenaga relawan yang akan mengimplementasikan SCDRR di Kota Bengkulu,” ujar M. Jawad, Koordinator Proyek SCDRR (Safer Communities Disaster Risk Reduction) di Kota Bengkulu pada Pembukaan Lokalatih.
“Diharapkan setelah mengikuti Lokalatih ini peserta memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mendesain proses fasilitasi komunitas dengan berbagai teknik dan instrument yang tepat serta mampu mengimplementasikan konsep SCDRR di komunitas,” lanjut Jawad.
Kegiatan yang berlangsung selama empat hari ini diikuti oleh 15 orang yang terdiri dari enumerator, pendamping komunitas, tenaga relawan yang ke depan akan berfungsi sebagai fasilitator teknis dalam pelaksanaan pilot project SCDRR di Kota Bengkulu.
Peserta mendapatkan berbagai materi dan juga secara bersama merumuskan instrumen yang akan digunakan dalam melakukan pendampingan komunitas di Kelurahan Lempuing dan Kelurahan Penurunan, Kota Bengkulu yang secara geografis memiliki kerentanan bencana gempa bumi dan tsunami.
“Salah satu tahapan penting sebelum mulai melakukan inisiasi pilot project SCDRR adalah mengenali kondisi sosial masyarakat melalui social mapping,” ucap Akbar Ali, Manajer Penelitian dan Pengembangan PKPU.
“Melalui peta sosial dapat digambarkan sejarah dan perkembangan masyarakat serta analisis mengenai status masyarakat saat ini, masalah yang dihadapi, potensi konflik, struktur sosial ekonomi, dan kelembagaan di komunitas,” tandas Akbar.
Kegiatan ini berlangsung secara interaktif ditandai terutama dalam simulasi yang diadakan diantaranya menyusun peta sosial, matriks hazard, vulnerability, capacity analysis (HVCA), role model play, Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), Rencana Aksi Komunitas, dan Rencana Kontingensi.
Salah satu peserta Ibu Sri Indarti mengungkapkan bahwa materi yang diperolehnya memberikan pemahaman utuh untuk nantinya diaplikasikan bagi pendampingan komunitas dalam mewujudkan komunitas yang aman dari resiko bencana.
Kedepannya PKPU sebagai pelaksana pilot project SCDRR di Kota Bengkulu akan memulai tahapan pengurangan resiko bencana (PRB) di wilayah Kelurahan Lempuing dan Penurunan. Diharapkan pada akhir periode program, masyarakat mampu mengintegrasikan dan mengaplikasi perangkat pengurangan resiko bencana serta terbentuk forum multistakeholder PRB. (Akbar/Jawad/PKPU Bengkulu)
PRAKIRAAN CUACA |
Kota-kota Dunia | Kota-kota Indonesia |
18 Oktober 2010
Lokakarya Pelatihan Program SCDRR Bengkulu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar