Begitu strategisnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) bagi sebuah negeri. Betapa tidak, ketika sebuah negeri telah menguasai Iptek, maka sudah hampir dipastikan, mereka bukan hanya dapat mensejahterakan negerinya, namun di luar itu mereka dapat pula menguasai dunia dan memenangkan pertarungan sebuah peradaban. Dan kata kunci utama dari itu semua adalah “pendidikan”.
Ketika Al Quran diturunkan ke bumi, surat pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad yaitu “Iqra”, yaitu sebuah proses pendidikan luar biasa dari Allah SWT untuk menjadi dasar memahami nilai-nilai kebenaran.
Pendidikan menjadi sebuah hal sangat penting pula di negeri ini, setidaknya setiap tanggal 2 Mei kita memperingati hari Pendidikan Nasional yang terinspirasi dan terlahir dari sebuah semangat luar biasa seorang Ki Hajar Dewantara yang berjuang membuka jendela pengetahuan Bumiputera (Rakyat Indonesia) yang sedang di jajah oleh Belanda dengan didirikannya Taman Siswa.
Berbicara tentang pendidikan tak terlepas dari berbicara tentang guru atau pengajar, yang menjadi inti utama berhasilnya proses pendidikan, kemudian sarana dan prasarana, sistem pendidikan, kebijakan, maupun murid didik itu sendiri.
Untuk para guru, selain masalah kualitas, kesejahteraan mereka menjadi bagian yang harus mendapatkan perhatian, khususnya para guru bantu ataupun guru honorer yang tersebar di pelosok daerah.
Berdasarkan data Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidikan (PMPTK) Depdiknas, jumlah guru honorer di Indonesia saat ini mencapai 922.308 guru, yang terdiri dari guru honorer di sekolah negeri ada 472.475 orang dan sekolah swasta 449.833 orang.
Disisi lain, sarana dan prasarana pendidikan juga masih banyak yang memprihatinkan, ribuan kelas ataupun sekolah masih mengalami kerusakan dan perlu dilakukan rehabilitasi (Kompas tahun 2007) di Jawa Timur ada 5.374 sekolah rusak, di Sulawesi Selatan sebanyak 2.483 sekolah dan yang tersebar di Jawa Barat sebanyak 191.704 ruang kelas yang rusak.
Demikian pula dengan jumlah anak putus sekolah, menurut data tahun 2007 dari Komnas Perlindungan anak di 33 propinsi tercatat sekitar 11,7 juta jiwa putus sekolah.
Pemerintah sendiri telah mengupayakan dengan mengalokasikan dana 20% dari APBN untuk mengatasi masalah pendidikan, namun nampaknya dengan begitu besarnya permasalahan pendidikan di Indonesia butuh waktu yang cukup panjang untuk mengatasinya.
Dengan demikian nampaknya upaya bersama kita untuk memberikan perhatian lebih bagi dunia pendidikan menjadi bagian yang sangat penting, sehingga para pejuang-pejuang dan pegiat pendidikan di pelosok negeri ini mampu bekerja secara optimal.
Karena dari pendidikan inilah peradaban sebuah negeri dapat terbangun, dan sesungguhnya mereka bukan hanya sekedar menjadi “pahlawan tanpa tanda jasa” namun lebih dari itu, dalam waktu bersamaan merekalah para “Pembangun Peradaban”. Selamat Hari Pendidikan Nasional
PRAKIRAAN CUACA |
Kota-kota Dunia | Kota-kota Indonesia |
9 Juni 2010
Para Pembangun Peradaban
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar